Purworejo, NU Kota Pasuruan
Penjabat (Pj) Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin mengibaratkan NU seperti kereta api yang terdiri dari lokomotif dan gerbong gerbangnya.
“Lokomotifnya PBNU sedangkan gerbongnya pimpinan di bawahnya seperti PCNU hingga ranting NU,” ujarnya pada saat Pembukaan Konfrensi Wilayah (Konferwil) NU Jatim di Pondok Pesantren Tebuireng, Juma’at- Sabtu (2-3/08/2024).
Menurutnya jika kita menjadi gerbong jangan sampai berkelok kelok sendiri karena yang bisa memberhentikan, menjalankan dan membelokkan adalah masinis yang ada di lokomotif.
“Lokomotifnya berisi empat orang diantaranya Rais Aam, Katib Aam, ketua umum dan sekjen PBNU,” imbuhnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwasanya dalam menjalankan organisasi tentunya kita tidak bisa berhenti di tengah jalan dan mau tidak mau kebijakannya harus ikut PBNU.
“Maka dari itu dalam enam bulan kami menyusun tema merajut ukhuwah memperkokoh jam’iyah dalam pendampingan ummah,” terangnya.
Kedepannya PWNU harus bisa mensinkronkan program kepada PCNU yang ada di Jawa Timur sebagai mana yang diarahkan oleh lokomotifnya.
“Agar tidak keluar dari jalurnya maka PWNU harus terus berkoordinasi dan sosialisasi program kerja di tingkat PCNU,” paparnya.
Menurutnya kebesaran NU ditandai dengan adanya kepengurusan PBNU hingga PARNU yang tidak terhitung jumlahnya.
“Salah satu tanda kebesaran organisasi NU adalah jumlah kepengurusan yang merata mulai dari PBNU hingga ranting,” katanya.
Disamping itu ciri khas dari NU adalah urunan khusunya di tingkatkan ranting NU yang dilakukan sejak dulu dan terdapat bukti nyata diantaranya adalah terjaganya tradisi ajaran Islam sejak zaman wali songo.
“Tradisi budaya tinggalan wali songo yang tetap utuh meskipun dijajah Belanda diantara tradisi ziarah kubur, tahlilan dan sholawat,” terangnya
Dirinya berharap Mudah mudahan keputusan yang di buat dalam konferensi ini bisa menjadi maslahat untuk menyambut Indonesia emas.
“Apapun hasilnya semoga bisa bermanfaat kepada masyarakat khususnya untuk Indonesia emas 2045,” tutupnya.
Penulis : M Faisol